Archive for September 2011

For Young Children


.

Assalamu'alaikum all and how are you?

I hope you all good health and in the hands of Allah. It was a long time I did not update properly on this blog. Neither is the idea was just that the situation does not permit.
This time I wanted to touch the hearts of young children now, especially my own children who are in life. Three sons who were to enjoy the youth. Sometimes the action is unpleasant and disturbing me. I'm too afraid they influenced by the current social problems. I really want them to be good children. Good guided by Islam, not just a good character, education and morality in the eyes of men, but more than that which is "good in the sight of Islam and Allah."
Things like this is worrying me. So far they are doing a lot of things that make me constantly in fear and distrust of his own children.
But the feeling that all is not an offense for a mother. As a mother, certainly feel like it should have, said Priyatna Zuraini. Make us remain vigilant, always watching and always examine. Prayer and education always climb the days that pass, let alone efforts endless. Hopefully at the end of the effort will have the success that awaits.
That is my hope that mothers, even though the work we do not get too expect success in this world. That effort still was rewarded with Allah, if not the world, can, will result / reward Posted received in the afterlife. Ameen ...
Efforts must, need success in the future, Entrust to God.
... ... ... ... ... And ... ... ... ... ....
That is the "motto" and the peganggan my life. Hopefully I continue to persevere to continue this journey of life. I pray thee visitors of this blog. Ameen ...
YOUNG called you. Look at the dedication of scholars / intellectuals, Ancient. Amazingly they pursue and acquire knowledge without considering the obstacles that will come. Because they believe that every hardship they experience will be rewarded by Allah-fold fold fold from difficulties they face.
But young people now prefer to find things that easy. Do not want to challenge yourself to find the goodness in the world let alone to the next. Too afraid of the trouble / the things that have not been identified. But very easy to feel challenged to things that are not desirable, as will be challenged when said to be conservative, not macho, and blah, blah ..., said they were not born when the non-smoking male, when not able to show strength when fighting with friends and more again at the time of this well-served by trained staff.
O Allah, keep the things and feelings happen like that of my children. Ameen ...
I longed to share what is written in the book by Dr. MIND KEY SUCCESS. 'Aidh Abdullah Al-Qarni, from Wells Blue.
Take it as your motivation, O young man. Under it was one that is in the book,
AHMAD BIN 30 000 rugs walk for miles to find and memorize a million Atsar traditions and left 40 000 hadith in his Musnad.
Jabir bin 'Abdullah is willing to travel to Egypt for a month just to find a hadith.
IBN MUSAYYIB go somewhere for three days to find the answer to a problem.
Imam al-Ghazali has memorized the Quran at the age of 6 years and become great scholars who teach the scholars all over the country at the age of 9 years.
IBN SINA in one day to write his book 25 pages.
Ibn Taymiyya can write volume of 30 Majmoo 'Fataawa in prison.
Their knowledge should be studied, used and read to this day. Look! they continue to reward, to this day even though they are long gone from this world. There are other stories of hardship that brings the success of earlier scholars, Islamic scholars. Look for and read to motivate yourself ...
The author (Dr. 'Abdullah al-Qarni Aid) this book even though I am not mistaken, had written books Tahzan LA (Do not be sad) while in jail. Books / his book to read and review by millions of people in this world now. Look! rewards continue to flow to him while he was still alive and is certainly a book / books will continue to read after he left.

Would you NOT ABOVE THEM TO BE AS YOUNG O. EVEN IF THEY ARE NOT AT LEAST great working towards that (AS THEY BECOME).

May God always grant Taufiq and guidance to the children Abdul Shofi, Abdul Muiz, Abdul Haziq, and Siti Aishah Abdul Sadiq. Ameen, Ameen ya Rabbal alamin.
All good is from Allah, while the evil is the weakness of my own.
Wassalam.

berbuat baiklah kepada orang tua


.

Dari Al Qur’anul Karim

 BismillahirRahmanirRahiim.
'Dengan Nama Allah yang amat pengasih lagi maha Penyayang"

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua … .” (An Nisa’ : 36)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat di atas : “Kemudian (setelah menyuruh bertauhid, pent.) Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi wasiat untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Karena Allah menjadikan mereka berdua sebagai sebab keluarnya engkau dari ‘tidak ada’ menjadi ‘ada’. Dan banyak sekali Allah menggandengkan perintah beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada kedua orang tua.”


Katakanlah : “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kalian oleh Rabb kalian, yaitu janganlah mempersekutukan sesuatu dengan Dia dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua.” (Al An’am : 151)

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah : “Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al Isra’ : 23-24)


“Dan Kami wajibkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kalian kembali lalu Aku khabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (Al Ankabut : 8)

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan-Nya itu adalah kedhaliman yang besar.” Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku-lah kalian kembali maka Ku-beritahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan. (Luqman : 13-15)


Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia dewasa dan umurnya telah sampai empat puluh tahun, ia berdoa : “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri.” Mereka inilah orang-orang yang Kami terima dari mereka amalan yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka bersama penghuni-penghuni Surga sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al Ahqaf : 15-16)Sodaqallahul'Aziim.

Ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang agung di atas memberikan pelajaran kepada kita betapa besarnya kedudukan kedua orang tua. Kita wajib mematuhi keduanya selama keduanya menyuruh kepada kebaikan dan ketaatan kepada Allah.
WabillahitTaufiq Walhidayah
Wassalamualaikum wr.wb.wm.


sumber : http://halaqah.net/v10/index.php?topic=5331.0

Kenali diri kita.....Didik diri kita


.

Untuk mendidik diri agar menjadi insan yang solehah adalah dengan banyak melakukan amalan yang terpuji, berusaha untuk meninggalkan dosa-dosa yang kecil apakah lagi dosa-dosa besar. Jangan tinggalkan amalan yang wajib, jalinkan siraturrahim dengan sanak keluarga dan hormati kedua ibu bapa, sebab keredhaan Allah itu tergantung kepada kerdhaan ibu bapa terhadap kita. Namun yang paling penting tutuplah aurat agar kehidupan mendapat keberkahan Allah SWT.

    Banyakkan membaca Al Quran dan berzikir insya Allah, hati akan menjadi tenang.
    Doa-doa untuk mendidik hati dan diri, diantaranya  adalah seperti berikut:-

    *Doa agar terhindar dari kesesatan (Ali Imran ayat 8).
    *Doa agar tetap pendirian (Ali Imran 147).
    *Doa agar diberi rahmat (Al A'raf 23). 


Sebagai seorang anak kita mestilah taat kepada kedua Ibu & Bapa Jikalau kita ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang baik ataupun yang ringkasnya sesuatu yang diredhai Allah, tetapi Ibu tidak redha diatas pekerjaan tersebut adakah kita harus akur terhadap kehendaknya (Ibu). Kerana setahu saya keredhaan Ibu adalah jua keredhaan Allah s.w.t ...
Tetapi  saya masih lagi berharap ke hadrat Allah supaya saya dapat melaksanakan niat saya itu.




    Menurut Al Qurthubi, derhaka kepada kedua orang tua ialah menyalahi perintah keduanya, sebagaimana bakti keduanya bererti mematuhi perintah mereka berdua. Berdasarkan ini jika keduanya atau salah seorang dari mereka menyuruh anaknya, maka anaknya wajib mentaatinya, jika perintah itu bukan maksiat. Meskipun pada asalnya perintah itu termasuk jenis mubah, begitu pula bila termasuk jenis mandub (sunat).

    Dalam sebuah hadis dijelaskan, Rasulullah SAW bersabda: Dari Abdullah bin Amr, ia berkata: seorang lelaki datang kepada Rasulullah, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang untuk berjihad bersama baginda kerana aku ingin mencari redha Allah dan hari akhirat. Tetapi aku datang kesini dengan meninggalkan ibu bapaku dalam keadaan menangis". Lalu sabda baginda: "Pulanglah kepada mereka. Jadikanlah mereka tertawa seperti tadi engkau jadikan mereka menangis". (Riwayat Ibnu Majah)
  Jadi perintah ibu atau bapa yang bukan bersifat maksiat atau mempersekutukan Allah, maka kita wajib mentaatinya. Namun jika perintah nya bersifat melawan kehendak dan hukum agama, maka tolaklah dengan cara yang baik.



Allahualam.....

Nak anak baik, jadi jadilah anak yg baik


.

Anak-anak adalah harta berharga bagi mak ayah. Boleh jadi anak-anak menjadi tiket untuk ke syurga bagi kedua ibu bapa, boleh jadi menjadi tiket untuk melangkah ke pintu neraka. MashaALLAh. Betapa penting dan berharganya anak-anak, bukan?
Bagaimanakah diri anda sebagai seorang anak? The choice is in your hand.
Sebagai anak, bila melihat wajah kedua ibu bapa, apa yang anda rasakan? Cuba pandang mereka dengan hati dan kedudukan sebagai seorang anak, anda akan dapat rasa sesuatu dalam hati tu. InshaALLAh.
Pernah cuba tatap wajah mereka tak?


Nak Anak Yang Soleh/ah, Didik Diri Dahulu
Saya, belum kahwin. Dan ada diantara anda juga belum kahwin, kan? Tapi satu yang saya sangat pasti adalah, anda menginginkan anak yang baik, soleh dan solehah, yang dapat memberi kebaikan kepada anda juga. Yang menyejukkan mata apabila dipandang, terasa tenang apabila mendengar suaranya, dan terasa damai apabila melihat anak anda (baca: masa depan) membuat kebaikan dijalan ALLAh SWT.
Semestinya anak yang soleh/ah itu sentiasa mengingati kedua ibu bapanya didalam doanya. Tiada hari yang dilalui tanpa menyelitkan secebis doa kepada kedua orang tuanya dengan harapan, ALLAh memberikan belas kasih dan rahmat untuk menempatkan keduanya didalam syurga.
Subhanallah! Terasa berkaca-kaca mata ini menaip bait kata di atas.
Pasti bahagia memiliki anak yang sedemikian.
Apa yang saya cuba sampaikan ialah, saya dan anda tidak akan memperolehi anak yang baik atau lebih baik dari diri kita sendiri andainya tidak memulakan dengan diri sendiri terlebih dahulu.
Dapat tak?
Baik. Begini, untuk memiliki anak yang soleh/ah, semestinya anda yang terlebih dahulu patut mendidik diri sendiri agar menjadi seorang anak yang soleh/ah. Barulah nanti keturunan anda menjadi seperti apa anda pada hari ini. Adalah tidak adil sekiranya seseorang manusia itu hanya memasang angan-angan ada anak yang menyejukkan mata dan hati sekiranya dirinya sendiri tidak diperbaiki terlebih dahulu.
Kalau nak ada anak soleh dan solehah yang tetap mendirikan solat, kena mula dari diri sendiri. Anak kita adalah kita yang sekarang; boleh jadi lebih baik dari kita. Maka, selepas solat jangan lupa berdoa untuk anak-anak walaupun kamu belum ada anak. Didik anak-anak hatta mereka belum berada dalam rahim kamu. Ingat, anak yang soleh/solehah adalah harta berharga.

Didik Anak Sebelum Mengandungkannya
Saya masih ingat kata-kata seorang Guru saya. Walaupun waktu tu saya tak ambil pusing sangat. Tapi saya tetap berpegang pada kata-kata itu. Didik anak sebelum berada dalam rahim anda (wanita/isteri).
Macam mustahil nak didik anak sebelum mengandung, kan. Senyum.
Macam mana tu?
Bermula dari sekarang, hatta anda belum berkahwin sekalipun. Didiklah anak-anak anda dengan sebaiknya. Macam mana? Jaga kelakuan anda sebagai seorang anak, jaga kebaikan hubungan dengan kedua orang tua, dan terutamanya dengan ALLAh SWT.
Didik bakal anak-anak anda dengan doa yang baik selepas solat.
Kiranya, nak anak yang baik, kenalah diri sendiri menjadi baik terlebih dahulu.

Anak Anda Adalah Anda Pada Hari Ini
Bonda dan Ibu selalu cakap, nenek juga selalu nasihatkan. Kelakuan kita sekarang terhadap kedua ibu bapa, maka itulah kelakuan anak-anak pada masa terhadap kita, kedua orang tuanya.
Saya percaya akan itu. Sudah berapa kali pernah menyaksikan kejadian seperti ini.
Hukum alam, sunnatullah.
Bila memikirkan tanggungjawab ibu bapa dan cuba menyelaminya, berat juga tanggungjawab itu sebenarnya. Sebab, ibu bapa adalah pencorak kepada anak tersebut. Jika terukir buruk coraknya, maka buruklah si anak. Jika terukir cantik coraknya, maka cantiklah akhlak si anak.
Sehingga entri ini ditulis, doa saya, moga-moga saya boleh lebih berusaha menjadi anak yang tidak menyusahkan kedua orang tuanya. Yang sentiasa ingat mereka dalam doa saya. Yang saya kasihi mereka dengan hati kecil saya ini dengan kasih yang luar biasa.
saya nak sayang Abah dan Bonda melebihi dari adik beradik saya yang lain. Heh.
Oh, entri ini. Saja dicoret mengingatkan diri sendiri.
Sepertimana saya rasa bahagia bila membayangkan ada anak soleh/ah, maka saya kena jadi seperti yang saya bayangkan terhadap kedua orang tua saya. Kena didik diri sendiri, barulah anak dimasa depan akan terdidik. InshaALLAh!
Seperkara lagi, saya sangat cemburu pada anak-anak yang soleh dan solehah. Betul. Saya sangat cemburu pada mereka sebenarnya.
Jom menjadi anak penyejuk hati dan penawar dimata. Ececeh. Hi hi.
Semoga ALLAh merahmati.

Berbakti Kepada Ibubapa Setelah Mereka Meninggal Dunia.


.

Pertama: Mengurus Jenazah Ibubapa.

 
Apabila salah seorang atau kedua-dua ibubapa meninggal dunia, hendaklah kita sebagai anak memastikan jenazah mereka diuruskan secepat mungkin. Pengurusan jenazah terdiri daripada:
  1. Memandikan jenazah.
  2. Mengkafan jenazah.
  3. Mensolatkan jenazah.
  4. Mengkebumikan jenazah.
Sekalipun proses pengurusan jenazah dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dalamnya, adalah utama jika kita dapat turut serta. Jika tidak tahu apa dan bagaimana caranya untuk turut serta, maka sekarang adalah masa yang tepat untuk mula mencari ilmu tentang pengurusan jenazah. Setiap daripada proses pengurusan jenazah memiliki petunjuk daripada al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih sehingga ia memerlukan buku yang berasingan untuk menerangkannya. Saya tidak akan menerangkannya dalam buku ini, sebaliknya mengesyorkan untuk mendapatkan buku Ahkam al-Jana’iz wa Bid’iha oleh Muhammad Nashr al-Din al-Albani rahimahullah.[1]
Top 
 
 
 
Kedua: Melunaskan Hutang Ibubapa.
 
Apabila ibubapa meninggal dunia, hendaklah kita menyemak sama ada mereka memiliki hutang yang belum dilunaskan. Hutang tersebut terbahagi kepada dua jenis:
 
Hutang Harta Benda:
Hutang seperti ini akan menawan ibubapa yang meninggal dunia sehinggalah ia dilunaskan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepada Sa‘ad ibn al-Atswal radhiallahu 'anh yang baru kematian saudaranya:
 
Saudara kamu tertahan disebabkan hutangnya, oleh itu pergilah engkau melunasinya.[2]
 
 
Jika kita tidak mampu membayarnya, maka ia menjadi tanggungjawab negara. Jika negara enggan melaksanakan tanggungjawab tersebut, maka hendaklah umat Islam saling membantu untuk melunasinya. Pilihan lain ialah berjumpa dengan pihak yang dihutang dan berbincang dengan mereka, mudah-mudahan mereka memansuhkan hutang tersebut atau memberi jalan lain yang lebih mudah.
 
Menyentuh tentang hutang dan harta, janganlah kita merasa berat untuk melaksanakannya. Janganlah hal ini dipandang sebagai “membayar hutang orang lain” tetapi pandanglah ia sebagai “membuat pelaburan dengan Allah”.
 
Hutang Ibadah:
Jika ibubapa memiliki hajat untuk melaksanakan sesuatu ibadah lalu mereka tidak sempat kerana meninggal dunia, maka kita boleh melaksanakan ibadah tersebut. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma menerangkan:
 
Bahawa seorang wanita daripada Juhainah datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: “Sesungguhnya ibuku bernazar untuk melaksanakan haji akan tetapi dia tidak sempat melaksanakan haji tersebut sehingga dia meninggal dunia. Apakah boleh aku melaksanakan haji tersebut untuknya?”
 
Rasulullah menjawab: “Ya, hajikanlah dia. Apa pandangan kamu jika ibu kamu memiliki hutang, adakah kamu juga akan melunasinya? Lunaskanlah untuk Allah kerana (hutang kepada) Allah adalah lebih berhak untuk dilunasi.”[3]




Ketiga: Melaksanakan Rancangan Atau Janji Ibubapa.
 
Jika ibubapa memiliki rancangan tertentu dan mereka tidak sempat melaksanakannya, kita sebagai anak boleh melaksanakannya dan ganjaran kebaikan akan mengalir kepada ibubapa dan juga kita. Jabir bin ‘Abd Allah radhiallahu 'anh menerangkan:
 
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkata:
“Apabila datang harta dari Bahrain nescaya aku akan memberi engkau sekian-sekian.”
Namun harta dari Bahrain tidak datang sehinggalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam wafat.
 
Ketika harta dari Bahrain sampai, Abu Bakar (radhiallahu 'anh) memerintahkan seseorang menyeru: “Sesiapa yang memiliki janji atau hutang dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datanglah kepada kami.”
 
Maka aku datang dan berkata: “Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berjanji kepada aku sekian-sekian.” Maka dia memberi aku satu genggaman dan aku menghitungnya,
ternyata jumlahnya lima ratus (dirham). Dia berkata: “Ambillah lagi seumpamanya.”[4]
 
 
Dalam hadis di atas, janji Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada Jabir dilaksanakan oleh Abu Bakar radhiallahu 'anh sebagai pemerintah pada saat itu. Dalam kes ibubapa, janji atau rancangan mereka boleh dilaksanakan oleh anak-anaknya.
 Top
 
 
 
 Keempat: Melakukan Kebaikan Yang Disyari‘atkan.
 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
 
Dan bahawa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan) apa yang diusahakannya. [al-Najm 53:39]
 
 
Seorang anak adalah hasil usaha ibubapanya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
 
Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang ialah daripada hasil usahanya sendiri dan anaknya termasuk daripada hasil usahanya.[5]
 
 
Justeru apa jua kebaikan yang selari dengan syari‘at yang dilakukan oleh kita sebagai seorang anak, seperti beribadah, bersedekah, amar ma’ruf dan nahi mungkar dan selainnya, maka ibubapa akan memperoleh ganjaran. Ganjaran tersebut akan diperolehi oleh ibubapa sama ada kita meniatkan atau tidak, kebaikan yang dilakukan itu kepada mereka.
 
Antara contoh kebaikan yang memberi manfaat kepada ibubapa ialah apabila kita “mengambil al-Qur’an” sebagaimana hadis berikut daripada Buraidah radhiallahu 'anh:
 
Aku duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku mendengar baginda bersabda:
“Pelajarilah surah al-Baqarah kerana mengambilnya merupakan keberkatan, meninggalkannya merupakan kerugian dan orang yang suka membuat kebatilan tidak akan mampu mengilmuinya.”
Kemudian baginda diam sesaat, lalu bersabda:
 
“Pelajarilah surah al-Baqarah dan Ali Imran kerana kedua-duanya adalah al-Zahrawan yang menaungi orang yang memilikinya pada Hari Kiamat, seakan-akan dua gumpalan awan atau dua barisan burung.
 
Sesungguhnya al-Qur’an akan menemui pemiliknya pada Hari Kiamat ketika dia dibangkitkan daripada kuburnya seperti seseorang yang berkulit kuning, lalu dikatakan kepadanya:
“Adakah kamu mengenal aku?”
Dia menjawab: “Aku tidak mengenal engkau.”
Dikatakan (lagi) kepadanya: ““Adakah kamu mengenal aku?”
Dia menjawab: “Aku tidak mengenal engkau.”
Lalu dikatakan: “Aku adalah sahabat kamu: al-Qur’an,
yang telah membuat kamu kehausan pada siang hari
dan menyebabkan kamu tidak tidur pada malam hari.
Sesungguhnya setiap pedagang berada di belakang barang dagangannya
sedangkan kamu pada hari ini berada di belakang semua barang dagangan.”[6]
 
Lalu dia diberi kerajaan dari arah kanannya, diberi keabdian dari sebelah kirinya,
diletakkan di atas kepalanya mahkota kebesaran dan ibubapanya dikenakan pakaian yang membuatkan seluruh penduduk dunia berdiri menghormati mereka berdua. Maka mereka berdua bertanya:
 
“Dengan apakah menyebabkan kami menerima semua ini?”
Dijawab: “Dengan sebab anak kalian berdua yang mengambil al-Qur’an.”
 
Kemudian dikatakan (kepada anak tersebut):
“Bacalah (al-Qur'an) dan naiklah darjat-darjat syurga dan ruangan-ruangannya.”
Dia terus naik selama membaca al-Qur’an sama ada secara cepat atau perlahan.[7]
 
 
Dimaksudkan yang mengambil al-Qur’an adalah melaksanakan apa yang dituntut ke atas setiap orang Islam terhadap al-Qur’an, iaitu:
  1. Beriman kepadanya.
  2. Membacanya dengan disiplin tajwid.
  3. Menelaahnya, yakni memerhati dan mengkaji kandungannya (tadabbur).
  4. Mempraktikkannya dalam segala liku kehidupan.
  5. Menyampaikannya sama ada untuk tujuan dakwah atau menegakkan hujah.
  6. Membelanya daripada tuduhan orientalis dan penyelewengan segelintir umat Islam.

Apabila kita melaksanakan keenam-enam tuntutan di atas sekuat mampu, maka kita dikira telah mengambil al-Qur’an dan diberi kedudukan yang mulia di Hari Akhirat kelak. Kemuliaan ini juga kemudiannya dikurniakan kepada ibubapa kita sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis di atas.[8]
 
Contoh kebaikan lain yang dapat kita lakukan untuk ibubapa ialah bersedekah, seperti mana hadis berikut daripada ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma:
 
Sesungguhnya datang seorang lelaki dan bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Sesungguhnya ibuku meninggal dunia, apakah bermanfaat untuknya jika aku bersedekah untuknya?” Rasulullah menjawab: “Ya.”
Lelaki itu lantas berkata: “Sesungguhnya aku memiliki sebuah kebun yang berbuah,
maka saya persaksikan kepada engkau bahawa aku mensedekahkannya untuknya.”[9]
 Top
 
 
 
 Kelima: Meneruskan Apa Yang Baik dan Menghentikan Apa Yang Buruk.
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
 
Sesiapa yang memulakan dalam Islam sunnah yang baik lalu ia diamalkan selepas itu,
ditulis untuknya (pahala) seperti pahala orang yang mengamalkannya tanpa dikurangkan pahala mereka (para pengamal itu) sedikit pun.
Sesiapa yang memulakan dalam Islam sunnah yang jahat lalu ia diamalkan selepas itu
ditulis untuknya (dosa) seperti dosa orang yang mengamalkannya tanpa dikurangkan dosa mereka
(para pengamal itu) sedikit pun.[10]
 
 
Senafas dengan hadis di atas adalah:
 
Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah daripadanya amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyahnya atau ilmunya yang dimanfaatkan atau anak shalih yang mendoakannya.[11]
 
 
Berdasarkan kedua-dua hadis di atas, jika ibubapa pada masa hidup pernah melakukan satu amalan yang disyari‘atkan kepada masyarakat, maka hendaklah kita memastikan amalan tersebut terus dilaksanakan selepas mereka meninggal dunia. Sebagai contoh, jika ayah pernah mensedekahkan sejumlah naskah al-Qur’an kepada surau berhampiran untuk menjalankan kelas pengajian al-Qur’an, pastikan al-Qur’an tersebut dalam keadaan baik dan kelas pengajian diteruskan oleh ahli surau. Jika ibu pernah membuat kelas tuition secara percuma di rumah bagi budak-budak yang tidak berkemampuan, pastikan dicari dan dibayar seorang guru yang baru agar kelas tuition tersebut dapat diteruskan.
 
Akan tetapi seandainya ibubapa pernah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syari‘at dan mereka tidak sempat membetulkannya pada masa hidup, hendaklah kita memastikan ia dibetulkan setelah mereka meninggal dunia. Sebagai contoh, seandainya ayah pernah menulis buku yang di dalamnya mengandungi kesalahan dan hal ini dikesan oleh kita, maka dalam cetakan akan datang perbetulkanlah kesalahan tersebut. Jika ibu pernah berselisih pendapat dengan seorang jiran sehingga menyinggung perasaan dia, maka pergilah berjumpa dengan jiran tersebut dan mohonlah maaf bagi pihak ibu.
 Top
   
 
 
 Keenam: Mendoakan Ibubapa.
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
 
Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah daripadanya amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyahnya atau ilmunya yang dimanfaatkan atau anak shalih yang mendoakannya.[12]
 
 
Dalam sebuah hadis yang lain baginda juga bersabda:
 
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menaikkan darjat seorang lelaki yang shalih di syurga,
lalu dia bertanya: “Wahai Tuhan! Kenapakah saya mendapat kelebihan ini?”
Dijawab: “Disebabkan permohonan ampun anak kamu kepada kamu.”[13]
 
 
Doa keampunan kepada ibubapa yang boleh diamalkan adalah daripada al-Qur’an seperti mana yang dikemukakan sebelum ini:
 
“Wahai Tuhanku! Ampunkanlah bagiku, dan bagi kedua ibu bapaku,
serta bagi sesiapa yang masuk ke rumahku dengan keadaan beriman;
dan (ampunkanlah) bagi sekalian orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan;
dan janganlah Engkau tambahi orang-orang yang zalim melainkan kebinasaan!” [Nuh 71:28]
 
 
Memandangkan hadis yang pertama menyebut doa seorang anak yang shalih secara umum, maka dianjurkan juga mendoakan rahmat kepada ibubapa sebagaimana berikut:
 
“Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil.” [al-Isra’ 17:24]
 
 
Demikianlah dua doa yang diajarkan oleh al-Qur’an dan ia mencakupi dua perkara yang amat diperlukan oleh ibubapa setelah mereka meninggal dunia: keampunan dan rahmat daripada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Doa-doa ini boleh kita baca di mana-mana dan pada bila-bila masa. Ia tidak terhad kepada saat menziarahi kubur ibubapa.
 
 
 
Ketujuh: Berhubung Dengan Orang Yang Dicintai Oleh Ibubapa.
 
Kebaikan yang terakhir adalah setinggi-tinggi kebaikan yang dapat dilakukan oleh seorang anak kepada ibubapanya yang telah meninggal. Hadisnya adalah seperti berikut:
 
Dalam satu perjalanan ke Mekah, ‘Abd Allah ibn ‘Umar radhiallahu 'anhuma menemui seorang Arab Badui. Lantas Ibn ‘Umar mengucapkan salam kepada beliau, menaikkan beliau ke atas keldai yang tadi ditungganginya dan kemudian memberikan beliau serban yang sedang dipakainya.
Ibn Dinar (yang menyaksikan perbuatan Ibn ‘Umar) berkata kepadanya:
“Semoga Allah memperelok keadaan kamu! Sesungguhnya mereka adalah orang Arab Badui
dan sesungguhnya mereka sudah mencukupi dengan sesuatu yang sedikit.”
Maka Ibn ‘Umar menjawab:
 
“Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat yang amat dicintai oleh (ayahku) ‘Umar bin al-Khaththab. Sesunguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bakti terbaik seorang anak ialah
menghubung silaturahim dengan orang yang dicintai ayahnya.”[14]
 
 
Berdasarkan hadis di atas, hendaklah kita berbuat baik kepada ibubapa yang sudah meninggal dunia dengan menjalinkan hubungan silaturahim dan berbuat baik kepada sesiapa sahaja yang dicintai atau menjadi sahabat karib ibubapa semasa mereka masih hidup.
 
Demikian tujuh ruang berbuat baik kepada ibubapa yang dibuka oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita setelah ibubapa meninggal dunia. Laksanakanlah ketujuh-tujuh perkara di atas, nescaya ia memanfaatkan ibubapa. Janganlah ditambah atau dikurangi, melainkan memiliki dalil yang sahih lagi jelas.[15]

 
[1] Kitab ini memiliki dua edisi terjemahan:
  1. Tuntutan Lengkap Mengurus Jenazah yang diterbitkan oleh Gema Insani Press, Jakarta, 1999.
  2. Hukum & Tatacara Mengurus Jenazah Mengikut al-Qur’an & as-Sunnah yang diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’e, Bogor, 2005.
[2] Sahih: Dikeluarkan oleh Ibn Majah dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibn Majah – hadis no: 2433 (Kitab al-Ahkam, Bab membayar hutang orang yang meninggal dunia).
[3] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya – hadis no: 1852 (Kitab al-Hajj, Bab menunaikan nazar haji untuk yang meninggal dunia).
[4] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya – hadis no: 2296 (Kitab al-Kafalah, Bab orang yang bertanggungjawab untuk menunaikan hutang si-mati…).
[5] Sahih: Dikeluarkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud – hadis no: 3528 (Kitab al-Buyu’, Bab berkenaan seorang yang makan daripada harta anaknya).
[6] Ini adalah satu kiasan, bererti setiap orang berbangga dengan barang yang bernilai bagi dirinya manakala seorang pemilik al-Qur’an pada Hari Kiamat akan berbangga dengan barang yang paling bernilai di atas semua barang, iaitu al-Qur’an.
[7] Sanad Hasan: Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya – hadis no: 22950 (bagi edisi 6 jld., rujuk jld. 5, ms. 348) dan sanadnya dinilai hasan oleh Syu‘aib al-Arna‘uth.
[8]  Alhamdulillah, saya telah menyusun sebuah buku khas yang menjelaskan perlaksanaan tuntutan-tuntutan di atas, berjudul Marilah Berkenalan Dengan al-Qur’an terbitan Jahabersa, Johor Bahru, 2005.
[9] Sahih: Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya – hadis no: 2770 (Kitab al-Wasiat, Bab jika diwakafkan tanah…).
[10] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 1017 (Kitab al-Zakat, Bab suruhan bersedekah sekalipun dengan setengah biji tamar…)
Banyak berlaku salah faham terhadap hadis ini sehingga ia dijadikan dalil oleh sebahagian pihak untuk mencipta amalan-amalan yang baru. Untuk mengetahui maksud sebenar hadis ini, rujuk buku Bid’ah Hasanah: Istilah Yang Disalah Fahami oleh Asri Zainul Abidin, terbitan Jahabersa, Johor Bahru, 2005.
[11] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 1631 (Kitab al-Wasiyat, Bab apakah ganjaran  yang diperolehi oleh manusia setelah dia meninggal dunia).
[12] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 1631 (Kitab al-Wasiyat, Bab apakah ganjaran  yang diperolehi oleh manusia setelah dia meninggal dunia).
[13] Sanad Hasan: Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya – hadis no: 10610 (jld. 2, ms. 509) dan sanadnya dinilai hasan oleh Syu‘aib al-Arna’uth.
[14] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 2552 (Kitab al-Birr wa al-Sholah wa al-Adab, Bab keutamaan berbuat baik kepada rakan ayah dan ibu).
[15] Sebagai contoh, menziarahi kubur ibubapa tidak termasuk dalam rangka berbuat baik kepada ibubapa. Ini kerana menziarahi kubur kebaikannya adalah untuk penziarah dan bukan yang diziarahi. Lebih lanjut, hubungan orang Islam dengan kubur boleh dibahagikan kepada tiga:
  1. Sunnah dan disyari‘atkan, iaitu apabila seseorang menziarahi kubur atas tujuan mengambil iktibar, melembutkan hati, menginsafkan diri dan mengingati kematian.
  2. Harus, iaitu apabila seseorang sekadar melintasinya seperti orang yang dalam perjalanannya ke kerja, dia melalui tanah perkuburan.
  3. Bid’ah dan dilarang, iaitu apabila seseorang melakukan pelbagai kurafat di atas kubur seperti menuang air Yasin, menabur bunga, memacak payung, membaca al-Qur’an, mengambil berkat daripada ahli kubur, berdoa meminta pertolongan atau bertawasul kepada ahli kubur, menyembelih haiwan, memberi sajian makanan dan sebagainya.

Antara lain cara menjadi anak yang baik


.


SETIAP anak wajib berbakti dan mentaati ibu bapa demi membahagiakan kehidupan mereka melalui hari tua. Islam meletakkan ibu bapa pada kedudukan mulia.

Banyak bakti yang boleh dilakukan kepada ibu bapa. Bakti itu dalam bentuk material dan hubungan kasih sayang. Ini bersesuaian dengan fizikal ibu bapa yang semakin uzur dan memerlukan lebih perhatian.
Antara bakti perlu dilakukan setiap anak terhadap ibu bapa.
  • 1. Memberi bantuan kewangan

Ada ibu bapa yang berdepan dengan masalah kewangan. Mereka tidak dapat lagi melakukan tugas seharian disebabkan faktor usia. Jika bekerja, tetapi tidak mencukupi untuk menampung perbelanjaan keluarga yang semakin meningkat.
Justeru menjadi tanggungjawab anak memberi nafkah atau bantuan kewangan kepada ibu bapa. Sumbangan itu tidak seberapa berbanding yang dibelanjakan ibu bapa untuk membesar dan mendidik anak.

  • 2. Menyediakan tempat tinggal

Dalam kes ibu bapa yang hilang tempat tinggal atau tidak sesuai untuk didiami, menjadi tanggungjawab anak menyediakan tempat tinggal lebih sesuai kepada ibu bapa.
Paling baik jika ibu bapa dibawa tinggal bersama agar dapat menjamin keselamatan dan keperluan harian mereka diuruskan dengan baik.
  • 3. Memberi kasih sayang

Kasih sayang adalah sebagai membalas kasih sayang yang selama ini dicurahkan ibu bapa. Jadi, seharusnya kasih sayang itu dibalas sebaik-baiknya.
Anak yang baik tidak melupakan jasa dan kasih sayang ibu bapa. Anak soleh sentiasa memohon kepada Allah agar ibu bapa mereka diberkati dan dicucuri rahmat.
Firman Allah bermaksud: “Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua seperti mereka mencurahkan kasih sayang memelihara dan mendidikku ketika kecil.” (Surah al-Isra, ayat 24)

4. Memberi perhatian

Ibu bapa yang diabaikan akan kesunyian. Mereka terasa disisih dan dan seperti tidak dipedulikan. Hal ini memberi tekanan perasaan dan menyebabkan kemurungan. Keadaan ini jika berterusan memberi kesan kepada kesihatan fizikal dan mental ibu bapa.
Ramai ibu bapa yang disisihkan dan dihantar ke rumah penjagaan orang tua. Sukar diterima akal anak mendakwa tidak mampu menjaga ibu bapa, sedangkan mereka mampu menjaga dan membesarkan beberapa anak.
  • 5. Memenuhi permintaan

Ibu bapa sering memerlukan bantuan anak untuk melaksanakan sesuatu keperluan. Permintaan itu mungkin dalam bentuk kewangan, tenaga dan masa.
Memenuhi permintaan ibu bapa perlu diutamakan berbanding melakukan tugas lain. Sesungguhnya, memenuhi permintaan ibu bapa lebih baik berbanding melakukan ibadat sembahyang sunat, berpuasa sunat dan seumpamanya.
Malah, keutamaan berbakti kepada ibu bapa lebih utama daripada berjihad di medanperang. Diriwayatkan daripada Bukhri dan Muslim, Ibnu Umar berkata: “Saya telah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “Apakah perbuatan disukai oleh Allah?” Lalu Baginda bersabda: “Sembahyang pada waktunya.” Kemudian apa?” tanya saya lagi. Baginda menjawab: “Berbakti kepada kedua ibu bapa.” Saya bertanya: “Apa lagi.” Jawab Baginda: “Berjihad pada jalan Allah.

  • 6. Melakukan apa yang disukai

Ibu bapa tentu mengharapkan anaknya melakukan sesuatu yang baik pada pandangan mereka. Melakukan perkara yang tidak sukai ibu bapa bermakna melakukan perbuatan derhaka.
Anak derhaka kepada ibu bapa tidak mendapat keberkatan dalam kehidupannya. Sesiapa derhaka kepada ibu bapa disegerakan balasan di dunia dan tidak terlepas di akhirat.
Sabda Rasulullah bermaksud: “Dua kejahatan yang disegerakan balasan di dunia ialah zina dan menderhaka kepada kedua-dua ibu bapa.” (Hadis riwayat at-Tirmizi).
Dalam hadis lain diriwayatkan al-Hakam bermaksud: “Semua dosa akan ditangguhkan Allah, yakni balasan menurut kehendak-Nya hingga ke hari kiamat, kecuali balasan menderhaka kepada kedua-dua ibu bapa. Maka, sesungguhnya Allah menyegerakan balasan kepada pelakunya pada masa hidupnya sebelum mati.
  • 7. Bercakap dengan lemah lembut

Satu cara menjaga perasaan ibu bapa adalah bercakap lemah lembut dengan mereka. Suara hendak direndahkan dan jangan membantah permintaan mereka.
Firman Allah bermaksud: “Tuhanmu telah memerintahkan, supaya kamu tidak menyembah selain Allah, dan hendaklah berbuat santun terhadap kedua-dua orang tua.. Jika salah seorang telah lanjut usianya atau kedua-duanya telah tua, janganlah sekali-kali engkau berani berkata ‘cis’ terhadap mereka dan janganlah engkau suka menggertak mereka. Tetapi, berkatalah dengan sopan santun dan lemah lembut.” (Surah al-Israk, ayat 23).
Sesungguhnya, anak ditegah membantah kata-kata ibu bapa dengan suara tinggi atau bermaksud merendahkan kedudukan ibu bapa.. Lebih baik berdiam diri daripada berkata-kata yang mungkin menyinggung perasaan ibu bapa. Kemudian jika ada kesempatan, gunakan cara yang lembut untuk menjelaskan keadaan sebenar.
  • 8. Menghadiahkan kejayaan

Jadi, jika memperoleh kejayaan dalam pelajaran, mendapat pekerjaan, dinaikkan pangkat dan seumpamanya, seharusnya dimaklumkan kepada ibu bapa. Ibu bapa dibawa bersama-sama dalam majlis untuk meraikan kejayaan itu.
  • 9. Meluangkan masa bersama-sama

Anak yang tinggal berasingan dengan ibu bapa perlu kerap meluangkan masa mengunjungi mereka. Ibu bapa berasa senang menerima kunjungan dan menatap wajah anaknya.
  • 10. Mendoakan kebaikan untuk ibu bapa

Anak perlu sentiasa mendoakan kebaikan untuk ibu bapanya. Amalan mendoakan kebaikan untuk ibu bapa perlu diteruskan walaupun mereka meninggal dunia.
Sabda Rasulullah bermaksud: “Apabila meninggal seseorang itu, maka terputuslah segala amalannya, melainkan tiga perkara iaitu sedekah jariah yang berterusan memberi manfaat, ilmu yang memberi kebaikan diajarkan kepada orang lain dan anak yang soleh yang sentiasa mendoakan kebaikan kepada kedua ibu bapanya.” (Hadis riwayat Muslim).
Kebaikan dilakukan anak terhadap ibu bapa sebenarnya amat kecil. Anak tidak mampu untuk membalas jasa ibu bapa sepenuhnya biarpun dia berbakti sepanjang hayatnya.

Gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan bakti terhadap ibu bapa sebaik mungkin. Masa untuk anak berbakti kepada ibu bapa sebenarnya semakin suntuk. Lambat laun ibu bapa akan meninggal dunia. Bertindaklah sebelum terlambat, selagi ibu bapa atau salah seorangnya masih hidup.